Wayang Kulit Terancam Punah
Oleh :
NAMA :
ALVIN WIBIANTO P
NPM : 10315588
KELAS: 1TA07
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GUNADARMA
I.
Latar Belakang.......................................................................................................................... 3
Wayang Kulit Terancam Punah, Banyak Dalang
Sepi Penonton.............................................. 3
75 Jenis Wayang Punah............................................................................................................. 3
II.
Perumusan Masalah................................................................................................................ 5
Jenjang Karir Dalang.................................................................................................................. 6
Wayang bukan Acara Komersial................................................................................................ 6
Sepi Pengunjung Museum......................................................................................................... 6
Kendala Biaya, Durasi dan Bahasa............................................................................................ 6
Pemaknaan Hiburan yang Berbeda........................................................................................... 7
III.
Kajian Pustaka....................................................................................................................... 8
III.I.
Teori Komunikasi............................................................................................................... 8
III.I.I.
Proses Komunikasi..................................................................................................... 9
III.I.II.
Jenis-Jenis Komunikasi........................................................................................... 11
III.I.III.
Fungsi Komunikasi................................................................................. 12
III.II.
Wayang.......................................................................................................... 14
III.II.II.
Jenis - Jenis Wayang................................................................ ............ 16
III.II.III.
Museum Wayang................................................................................. 18
IV.
Kesimpulan........................................................................................................ 19
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 22
Permasalahan
wayang kulit terancam punah akhir-akhir ini muncul melalui media massa, Berikut
beberapa berita mengenai permasalahan wayang punah.
Wayang Kulit Terancam Punah, Banyak Dalang Sepi Penonton
Dunia
seni wayang kulit Indonesia kini menghadapi problem yang serius. Bukan terkait
jumlah dalang, tapi jumlah penonton kian lama kian menyusut. "Kalau dari
segi jumlah dalang, kita mencukupi. Kita mempunyai perguruan tinggi yang
mempunyai jurusan pedalangan, sanggar wayang di seluruh Indonesia. Saat ini
jumlah dalang hampir 2000-an, tapi penonton makin sedikit, " tutur
Suparmin Sunjoyo, Ketua Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Sena Wangi)
di selasela konferensi pers Wayang Summit di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan di Jakarta, Kamis (22/11/2012). Dikatakan, saat ini 80 persen
penonton wayang berusia di atas 50 tahun. Untuk itu, pihaknya telah mengusulkan
untuk memasukan wayang menjadi bagian kurikulum di pelajaran sekolah.
"Sayangnya sampai sekarang belum direspon. Kenapa perlu masuk kurikulum
karena akan menjadi kewajiban," katanya. (Laporan Wartawan Tribunnews, Eko
Sutriyanto)
Lantas
bagaimana mendorongnya supaya wayang tetap eksis? Disamping mengenalkan sejak
dini di sekolah, kita mengikuti selera yg diinginkan, misalnya menggunakan
bahasa Indonesia. "Durasi diganti dari semalam suntuk jadi 2-3 jam dan
cerita menyangkut situasi sekarang. Juga gending, instrumen yang akan jadi daya
tarik," kata mantan Duta Besar Indonesia untuk Suriname ini. (Laporan
Wartawan Tribunnews, Eko Sutriyanto)
75 Jenis Wayang Punah
JAKARTA,
KOMPAS.com — Sekitar 75 jenis wayang yang menjadi kekayaan budaya Indonesia
kini telah punah. Hanya sekitar 25 jenis wayang yang saat ini masih bertahan
dengan jumlah komunitas dan penonton cukup banyak. Semestinya, dengan diakuinya
wayang oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB
(UNESCO) sebagai mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur
(Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2003, wayang
bisa lebih berkembang di Tanah Air. Kenyataannya, pemerintah belum memiliki
arah dan strategi yang jelas dalam pengembangan wayang. ”Pada masa Orde Baru,
institusi pemerintah, mulai dari Istana hingga pemerintahan desa, sering
mementaskan wayang. Kini, kami seperti dibiarkan sendiri,” kata Ketua Umum
Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Ekotjipto saat berkunjung ke Redaksi Kompas
di Jakarta,
Selasa
(20/8/2013). Selain kurangnya perhatian pemerintah, perkembangan zaman telah
membawa perubahan kebudayaan dan peradaban sehingga wayang yang merupakan
kesenian tradisional semakin ditinggalkan. Tak heran beberapa jenis wayang
punah dan tak bisa lagi ditonton masyarakat, seperti wayang suket, wayang
klitik, wayang krucil, wayang gedog, dan wayang beber. Adapun wayang yang masih
digemari masyarakat sehingga masih cukup eksis antara lain wayang kulit purwa
Jawa dengan berbagai gaya, baik Surakarta, Yogyakarta, Jawa Timuran,
Banyumasan, Cirebonan, maupun Betawi. Begitu pula wayang golek Sunda, wayang
Bali, dan wayang sasak Lombok masih banyak penggemarnya. Meski penggemar wayang
menurun, kata Ekotjipto, animo masyarakat untuk terjun ke dunia pedalangan
cukup tinggi. Ini ditunjukkan dengan banyaknya peserta pada setiap lomba
pencarian bibit dalang yang digelar Pepadi. ”Peminat paling banyak justru untuk
dalang anak-anak dan remaja,” kata Ekotjipto. Upaya yang dapat dilakukan agar
wayang terhindar dari kepunahan antara lain dengan memasukkan wayang dalam
pendidikan formal. Selain itu, juga memasukkan wayang dalam perangkat
komunikasi modern sehingga mudah dijangkau anak-anak atau generasi muda. Saat
ini terdapat 15.000 seniman pedalangan yang masih eksis. Sementara jumlah
dalang di seluruh Indonesia tercatat 6.000 orang.
II.
Perumusan
Masalah
Berikut diagram pencarian dalam upaya pencarian rumusan
masalah :
Jenjang Karir Dalang
"Kalau dari segi jumlah dalang, kita mencukupi. Kita
mempunyai perguruan tinggi yang mempunyai jurusan pedalangan, sanggar wayang di
seluruh Indonesia. Saat ini jumlah dalang hampir 2000-an, tapi penonton makin
sedikit, " tutur Suparmin Sunjoyo, Ketua Sekretariat Nasional Pewayangan
Indonesia (Sena Wangi) di selasela konferensi pers Wayang Summit di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, Kamis (22/11/2012).
Melihat fenomena tersebut disebutkan bahwa tersedianya
sekolah dalang dan jumlah dalang hampir 2000-an, namun tetap saja sepi
pengunjung. Penulis menilai jenjang karir dalang memang bukan masalah yang
paling utama dalam terancamnya wayang kulit untuk punah, namun harus menjadi
perhatian agar kedepan profesi dalang merupakan profesi yang mampu mengangkat
citra bahwa dalang juga sebagai profesi yang menjanjikan.
Wayang bukan Acara Komersial
Melihat dari keberadaan wayang sebagai aset kebudayaan
menjadikan wayang bukan menjadi pilihan para penyelenggara kegiatan untuk
mencari pemasukan dana. Hal ini terlihat dari beberapa kegiatan acara wayang
dilaksanakan untuk memperingati sebuah acara keagamaan dan pemerintahan tanpa
dipungut biaya.
Sepi Pengunjung Museum
Penulis melihat bahwa sepinya pengunjung museum wayang
kulit bisa menjadi faktor pemicu terancamnya wayang kulit untuk “punah”. Punah
bukan berarti hilang, namun posisinya menjadi tergantikan oleh tempat tujuan
lain, seperti tempat perbelanjaan yang lokasinya dekat dengan perkotaan.
Kendala Biaya, Durasi dan Bahasa
Penulis menilai faktor penyebab terancamnya wayang kulit
untuk punah. Faktor biaya, durasi, dan bahasa menjadi faktor penentu dalam
terancamnya wayang kulit untuk punah. Disebutkan bahwa untuk setiap pertunjukan
wayang membutuhkan biaya minimal 10 juta rupiah, hal ini dikarenakan biaya sewa
tempat, dan alat. Belum ada lokasi publik permanen yang dapat digunakan untuk
pertunjukan wayang. Selain itu durasi pertunjukan wayang yang memakan waktu
hingga semalam suntuk membuat pertunjukan ini kurang diminati, khususnya oleh
anak-anak. Faktor lainnya adalah penggunaan bahasa Jawa dalam setiap
penyampaian
ceritanya.
Tentu saja hal ini menjadi persoalan bagi para penonton yang tidak memahami
bahasa Jawa. Hal ini bias saja disebabkan oleh kurikulum bahasa Jawa yang tidak
masuk menjadi pelajaran wajib di sekolah, sehingga penggunaannya maupun
pengertiannya akan susah dipahami. Duta besar Suriname memberikan saran untuk
mengenalkan bahasa daerah sejak dini di sekolah serta mengikuti selera yg
diinginkan, misalnya menggunakan bahasa Indonesia, kemudian durasi diganti dari
semalam suntuk jadi 2-3 jam dan cerita menyangkut situasi sekarang. Juga
gending, instrument musikal diolah untuk lebih memiliki daya tarik.
Pemaknaan Hiburan yang Berbeda
Berada di era teknologi dan informasi yang pesat,
menimbulkan pergeseran pemaknaan akan hiburan. Sebelum munculnya era teknologi,
salah satu kegiatan masyarakat untuk mencari hiburan adalah dengan menonton
wayang, kegiatan ini diikuti oleh orang dewasa maupun anak-anak, bahkan
durasinya pun semalam suntuk, namun di era modern ini, masyarakat tidak perlu
keluar rumah karena bisa mendapatkan hiburan yang sangat beragam melalui
televisi maupun internet.
III.
Kajian
Pustaka
III.I. Teori
Komunikasi
Secara
kodrati manusia merupakan mahluk monodualistis, artinya selain sebagai
mahluk individu manusia juga berperan sebagai mahluk sosial. Menurut
Aristoteles, mahluk sosial merupakan zoon politicon yang berarti
manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain.
Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan manusia lain untuk bertahan hidup
dan dituntut untuk saling bekerjasama. Dalam proses interaksi antar manusia
tersebut terciptalah komunikasi.
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
satu pihak kepada pihak yang lain. Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan
atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila
tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi
masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan
sikap tertentu misalnya tersenyum, menggelengkan kepala atau mengangkat
bahu. Cara ini disebut komunikasi nonverbal.
Banyak
pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental
bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm menyebutnya
bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya.
"Tanpa komunikasi tidak mungkin
masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin
dapat mengembangkan komunikasi."-Schramm (1982).
Kemudian
apa yang mendorong manusia sehingga ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya.
Dalam teori dasar Biologi menyebut adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Komunikasi
secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam
komunikasi adalah manusia.
"Human
communication is the process through which individuals –in relationships,
group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to
the environment and one another."-Ruben dan Steward(1998:16) - Komunikasi
manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan,
kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk
beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
"Komunikasi
pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan, siapa?, mengatakan apa?,
dengan saluran apa?, kepada siapa?, dengan akibat atau hasil apa? (who? says
what? in which channel? to whom? with what effect?)."- Lasswell (1960).
Menurut
Forsdale (1981) seorang ahli pendidikan terutama ilmu komunikasi : Dia
menerangkan dalam sebuah kalimat bahwa “communication is the process by which a
system is established, maintained and altered by means of shared signals that
operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem
dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang
dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan.
III.I.I. Proses
Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi
kelangsungan hidup manusia karena merupakan cara bagi manusia untuk saling
berhubungan. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris
berasal dari kata latin communis yang berarti sama, communico,
communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama (to make
common)1.
Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, komunikasi
adalah proses memahami dan berbagi makna2. Oleh karena itu, tujuan utama dari
komunikasi adalah terjadinya kesamaan dalam memahami makna antara manusia yang
berkomunikasi.
Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949
memperkenalkan diagram komunikasi sebagai berikut:
Diagram III.1. Model Komunikasi Shannon-Weaver
(Sumber :
http://www.cscd.osaka-u.ac.jp/user/rosalde/080616miomio.html)
1 Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi:
Suatu Pengantar. Bandung: PT Rosdakarya, halaman 46.
2
Ibid., 76
Diagram tersebut menjelaskan bahwa di dalam sebuah
komunikasi harus terdapat unsur-unsur, seperti sumber pesan, pesan, penyampai
pesan, saluran, penerima pesan, dan tujuan yang ingin dicapai. Adapun unsur
lain yang juga harus diperhatikan adalah gangguan / kendala komunikasi
(noise/barriers) yang harus direkduksi.
Sementara Harold lasswell kemudian menambahkan bahwa di
dalam komunikasi, selain harus terdapat unsur-unsur Siapa, Berkata Apa, dengan
Saluran Apa, dan Kepala Siapa, juga harus ada unsur dengan Efek Bagaimana3. Suatu komunikasi tidak hanya
berhenti hanya sampai pada tahap pesan berhasil sampai kepada penerimanya,
tetapi setelah itu harus ada efek yang timbul dari hasil penyampaian pesan
tersebut, baik efek pada penerima maupun penyampai pesan.
Di dalam komunikasi manusia, saluran untuk menyampaikan
pesan menjadi sangat penting karena tanpa saluran tersebut pesan dari penyampai
tidak akan pernah bisa sampai kepada penerima. Saluran di dalam komunikasi
lebih lanjut terbagi menjadi tiga jenis, yaitu saluran (channel),
medium,dan kode.
Menurut John Fiske, saluran (channel) adalah wujud
fisik dari segala hal yang bisa meneruskan sinyal-sinyal informasi4. Salah satu contohnya adalah
gelombang cahaya. Sementara medium merupakan wujud fisik dari hal-hal yang
dapat mengkonversikan pesan menjadi sinyal-sinyal yang dapat diteruskan melalui
saluran5.
Contoh medium adalah tulisan, radio, televisi, foto, dan juga bangunan. Kode
merupakan sistem pemaknaan yang dipahami bersama oleh suatu kelompok budaya
atau sub-budaya6,
salah satu contoh kode adalah lampu lalu lintas.
Keberadaan tiga jenis saluran tersebut tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Medium dapat diindera karena adanya saluran
perantara (chanel) yang menghubungkan indera manusia dengan wujud fisik
medium, kemudian pesan yang terkandung di dalam medium dapat dimaknai karena
mengandung kode-kode tertentu yang diorganisasikan sesuai dengan sistem yang
telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat.
Berangkat
dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi
menjadi dua tahap, yaitu:
a) Proses Komunikasi Secara Primer
Proses
komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal
(bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau
perasaan komunikator kepada komunikan.
b) Proses Komunikasi Sekunder
Proses
komunikasi secara sekunder
adalah proses penyampaian
pesan oleh
|
|||
komunikator kepada
|
komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua
|
||
setelah memakai
|
lambang sebagai media pertama.
|
||
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam
menyampaikan komunikasi ke
|
|||
komunikan sebagai sasaran yang berada di tempat relatif
jauh atau jumlahnya banyak.
|
|||
Surat,
|
telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi,
film, adalah media kedua yang
|
||
sering
|
digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara
sekunder itu menggunakan
|
||
media yang
|
dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat
kabar, televisi, radio, dsb.)
|
||
dan media
|
nirmassa (telepon, surat, megapon).
|
||
III.I.II.
|
Jenis-Jenis Komunikasi
|
||
Jenis-jenis komunikasi dalam organisasi antara lain:
|
|||
a) Komunikasi formal dan informal
Komunikasi formal adalah komunikasi yang mengikuti rantai
komando yang dicapai oleh hirarki wewenang. Komunikasi informal adalah
komunikasi yang terjadi diluar dan tidak tergantung pada herarki wewenang.
Komunikasi informal ini timbul karena adanya berbagai maksud, yaitu
- Pemuasan kebutuhan manusiawi,
- Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan,
- Keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
- Sumber informasi hubungan pekerjaan.
b)
Komunikasi
ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi lateral
ke atas
adalah berita yang
mengalir darin peringkat bawah ke atas atas suatu organisasi.
Komunikasi lateral
adalah sejajar antara mereka yang berada tingkat satu wewenang.
c) Komunikasi satu arah dan dua arah
Komunikasi satu arah, pengirim berita berkomunikasi tanpa
meminta umpan balik, sedangkan komunikasi dua arah adalah penerima dapat dan
memberi umpan balik.
Komunikasi
efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude
change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi. Tujuan dari
Komunikasi Efektif sebenarnya adalah memberi kan kemudahan dalam memahami pesan
yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga
bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta
dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau
komunikan. tujuan lain dari Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman informasi
dan umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi monoton.
Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara
baik.
Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp mengatakan bahwa komunikasi
yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling
tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi.
Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan
terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa. Komunikasi dapat
dikatakan efektif apa bila komunikasi yang dilakukan dimana:
a)
Pesan
dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh
pengirimnya.
b)
Pesan
yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan
ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim.
c)
Tidak
ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk
menindaklanjuti pesan yang dikirim.
III.I.III. Fungsi Komunikasi
William
I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi
menjadi empat, yaitu:
a) Sebagai komunikasi sosial
komunikasi
itu
|
penting untuk
membangun
|
konsep
|
diri
|
kita,
|
aktualisasi
diri,
|
untuk
|
|||||
kelangsungan
hidup, untuk
|
memperoleh
|
kebahagiaan,
|
terhindar
|
dari
|
tekanan
|
dan
|
|||||
ketegangan,
antara lain lewat komunikasi
|
yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan
|
||||||||||
hubungan
orang lain. Melalui komunikasi
|
kita
bekerja sama dengan
anggota masyarakat
|
||||||||||
(keluarga,
kelompok belajar, perguruan tinggi,
|
RT, desa,
|
...,
|
negara
|
secara keseluruhan)
|
|||||||
untuk
mencapai tujuan bersama.
|
|||||||||||
b)
Sebagai komunikasi ekspresif
|
|||||||||||
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-
|
|||||||||||
perasaan
|
tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan
nonverbal. Perasaan
|
||||||||||
sayang, peduli,
|
rindu,
|
simpati, gembira, sedih, takut,
|
prihatin,
|
marah
|
dan
benci
|
dapat
|
|||||
disampaikan lewat kata-
|
kata,
namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku
|
||||||||||
nonverbal. Seorang ibu
|
menunjukkan
|
kasih
|
sayangnya
|
dengan
|
membelai
|
kepala
|
anaknya. Orang dapat menyalurkan
kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan
seraya melototkan matanya,
mahasiswa memprotes kebijakan
penguasa negara atau
penguasa kampus dengan melakukan demontrasi.
c) Sebagai komunikasi ritual
Suatu
komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan
sepanjang
|
hidup,
yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara
|
||
kelahiran,
|
sunatan,
ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam
|
||
acara-acara itu
|
orang
|
mengucapkan kata-kata
atau perilaku-perilaku tertentu
yang
|
|
bersifat simbolik. Ritual-
|
ritual
lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca
|
||
kitab suci, naik haji, upacara
bendera (termasuk menyanyikan
lagu kebangsaan), upacara
wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri)
atau Natal, juga adalah
komunikasi ritual. Mereka
yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan
kembali komitmen
mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama
mereka.
d) Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum,
yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan
tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita
gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk
menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka
baik
dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi
|
berfungsi
|
sebagi
|
instrumen
|
||||||
untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi dan
|
pekerjaan,
|
baik
tujuan jangka pendek
|
ataupun
|
||||||
tujuan
jangka panjang. Tujuan jangka
|
pendek misalnya
|
untuk
|
memperoleh
|
pujian,
|
|||||
menumbuhkan
kesan yang baik, memperoleh
|
simpati,
|
empati,
|
keuntungan
|
material,
|
|||||
ekonomi,
dan politik, yang antara lain dapat diraih
|
dengan
|
pengelolaan
|
kesan
|
(impression
|
|||||
management),
yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal,
|
seperti
|
berbicara
|
sopan,
|
mengobral
|
|||||
janji,
mengenakankan pakaian necis, dan
|
sebagainya
|
yang
|
pada
|
dasarnya
|
untuk
|
||||
menunjukkan
kepada orang lain siapa diri kita
|
seperti yang kita inginkan.
|
||||||||
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat
keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing
ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu
(jangka pendek dan panjang) tentu saja
saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan
kesan
itu
secara kumulatif dapat
digunakan untuk mencapai
tujuan jangka panjang
berupa
keberhasilan dalam karier, misalnya
untuk memperoleh jabatan, kekuasaan,
penghormatan
sosial, dan kekayaan.
III.II. Wayang
Wayang adalah
seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali.
Selain itu beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang
yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa
dan Hindu.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB,
pada 7 November 2003
menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam
seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of
Humanity).
Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia
karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia
memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari
Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar
Representatif Budaya Takbenda Warisan
Manusia pada tahun
2003.
Wayang, yang diartikan sebagai bayang,
mengandung 2 makna yang tersirat yaitu :
(1) Bayangan yang ditonton (dari belakang
layar), menggambarkan bahwa setiap perilaku manusia, baik atau buruk, dapat
dilihat dan dinilai oleh orang lain tanpa memandang fisik, jabatan atau
kekayaannya.
(2) Bentuk fisik wayang, yang
menggambarkan sifat dan perilaku setiap tokoh wayang tersebut. Filsafat dunia
wayang dijabarkan dalam 3 macam cara yaitu : sosok (bentuk), karakter/sifat,
dan ucapan/pandangan/ajarannya.
Setiap cerita dan percakapan dalam pertunjukan wayang
mengandung pelajaran hidup dan wejangan (nasehat) yang bagus. Demikian pula
karakter masing-masing wayang juga menunjukkan bahwa sifat manusia
bermacam-macam, sebab akibat dari perilaku tokoh wayang dalam setiap cerita
dapat menjadi inspirasi dan pelajaran hidup bagi para penontonnya.
Muka wayang ada
yang berwarna merah, hitam, dan putih. Warna merah menunjukkan
seorang yang memiliki sifat tegas dan keras serta menjadi panutan bagi
bawahannya. Warna hitam menggambarkan seorang satria yang memiliki kemantapan
diri sebagai panutan, sedangkan warna putih menggambarkan sifat kedewataan
(bersih, bijaksana) atau sebaliknya perangai yang tak konsisten. Selain muka
wayang, ciri fisik lain seperti lengan wayang juga mengandung makna. Ada wayang
yang lengan atau tangannya dua, ada yang tangannya dua, tapi yang satu
dimasukkan ke saku (raksasa), dan lain-lain.
Pertunjukan wayang selalu dilengkapi dengan layar yang
disorot lampu (menggambarkan matahari), dan tokoh wayangnya berdiri menancap di
gedebok pisang (sebagai bumi). Tokoh wayang digerakkan oleh dalang, yang juga
menyampaikan cerita dan percakapan antar tokoh wayang tersebut.
III.II.I. Sejarah Perkembangan Bentuk dan Fungsi Wayang
Wayang yang kita saksikan dalam pagelaran-pagelaran pada
umumnya dapat dibedakan dalam wujud dua dimensional dan tiga dimensional.
Contoh wayang tiga dimensional adalah wayang golek, wayang klitik, wayang
tengul, sedangkan contoh wayang dua dimensional adalah wayang beber, wayang
kulit (purwa), dan wayang wahyu.
Wayang diciptakan bukan sekedar untuk dinikmati
bentuknya, tetapi dimaksudkan sebagai suatu wahana komunikasi antara dalang
dengan penontonnya. Sehingga selain mempunyai wujud yang dapat dinikmati secara
visual, wayang juga mempunyai “arti” yang diperlambangkan, yaitu :
a) Wayang dimaksudkan dengan bayangan
Semua
wayang dipentaskan pada waktu malam hari dengan menggunakan penerangan yang
disebut “blencong”. Cahaya blencong itu menimpa gambar yang ada di depan kelir
(layar) sehingga menghasilkan bayangan diatas layar. Bayangan itulah yang
disebut dengan wayang atau pertunjukan. (Pradnya paramita. 1981:71)
b) Wayang sebagai lambing perikehidupan manusia
Dewasa
ini melihat wayang dapat dilakukan dari dua arah pandang yaitu depan kelir dan
belakang kelir. Menurut Seno Sastroamijoyo (1964) bagian yang di depan kelir
yaitu bagian yang terang melambangkan suatu kehidupan di alam fana, sedang di
belakang kelir atau bagian gelap, melambangkan kehidupan di alam baka. (Seno
Sastroamijoyo, 1964:71)
c) Wayang sebagai lambang perwatakan manusia
Pada
waktu kita melihat pementasan wayang, kita dapat melihat bermacam-macam bentuk
figur wayang. Perbedaan tersebut bukanlah hanya segi visualnya saja melainkan
pesan yang terdapat pada bentuk figur tersebut juga akan berlainan. Misalnya
tokoh Janoko yang mempunyai bentuk figur demikian luruh sebagai lambing dari
watak kesatria yang rendah hati itu akan berlainan dengan bentuk Drona yang
licik. (Edy Sedyawati, 1981:15)
III.II.II.
Jenis - Jenis Wayang
Jenis-jenis wayang menurut bahan
pembuatan terbagi menjadi:
I.
Wayang
Kulit
2.
Wayang Kayu
3.
Wayang Orang
4.
Wayang Rumput
Wayang
suket merupakan bentuk tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat
dari rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat
permainan atau penyampaian cerita perwayangan pada anak-anak di desa-desa Jawa.
Untuk membuatnya, beberapa helai daun rerumputan dijalin
lalu dirangkai (dengan melipat) membentuk figur serupa wayang kulit. Karena
bahannya, wayang suket biasanya tidak bertahan lama. Seniman asal Tegal, Slamet
Gundono, dikenal sebagai tokoh yang berusaha mengangkat wayang suket pada
tingkat pertunjukan panggung.Bahkan jika menyebut wayang suket, sekarang sudah
lekat dengan pertunjukan wayangnya Slamet Gundono lulusan STSI Pedalangan yang
kini menetap di Solo. Wayang Suket slamet Gundono, awalnya bermediakan wayang
yang terbuat dari suket, namun Slamet Gundono lebih mengandalkan unsur
teatrikal dan kekuatan berceritera. Dalam pementasan wayang suketnya, Slamet
Gundono menggunakan beberapa alat musik yang teridiri dari gamelan, alat petik,
tiup dan beberapa alat musik tradisi lainnya.
Slamet juga dibantu beberapa pengrawit, penari yang
merangkap jadi pemain, untuk melengkapi pertunjukannya. Seting panggungnya
berubah-ubah sesuai tema yang ditentukan. Media bertutur Slamet Gundono tidak
hanya wayang suket tetapi juga wayang kulit dan kadang memakai dedaunan untuk
dijadikan tokoh wayang. Kehebatan bertutur (pendongeng) dalang satu ini sudah
tidak diragukan lagi. Banyak kalangan Dalang muda yang memuji kemampuan
bertutur Slamet Gundono. Misalnya Ki Sigit Ariyanto; " Jangkan dengan
wayang, dengan pecahan genteng atau serpihan plastik Gundono dapat mendalang
dengan baik". Bahkan
menurut
Ki Bambang Asmoro, dengan media yang ada, Slamet Gundono bisa menuntun penonton
ke dalam emajinasi yang lebih dalam, sehingga roh atau esensi wayang sebagai
pertunjukan bayangan "wewayanganing aurip" menjadi lebih bermakna dan
multi tafsir.
Jenis-jenis wayang menurut asal daerah, beberapa seni
budaya wayang selain menggunakan bahasa Jawa,
bahasa Sunda, dan bahasa Bali
juga ada yang
menggunakan bahasa Melayu lokal seperti bahasa Betawi, bahasa Palembang, dan bahasa Banjar.
Beberapa diantaranya antara lain:
1.
Wayang Surakarta
2.
Wayang Jawa Timur
9.
Wayang Madura
(sudah punah)
III.II.III. Museum Wayang
Museum Wayang Kekayon adalah museum mengenai wayang yang ada di kota Yogyakarta, tepatnya di Jl. Raya Yogya-Wonosari Km. 7, kurang lebih
1 km dari Ring Road Timur. Museum yang didirikan pada tahun 1990
ini memiliki koleksi berbagai wayang dan topeng serta menampilkan sejarah wayang yang
diperkenalkan mulai dari abad ke-6 sampai abad ke-20. Wayang-wayang di dalam
museum ini terbuat baik dari kulit, kayu,
kain,
maupun kertas.
Sama halnya dengan museum Wayang di Jakarta, museum ini mempunyai beberapa jenis wayang, seperti: wayang Purwa, wayang Madya (menceritakan era pasca perang Baratayuda), wayang Thengul, wayang Klithik (mengisahkan Damarwulan dan Minakjinggo), wayang beber, wayang Gedhog (cerita Dewi Candrakirana), wayang Suluh (mengenai sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia), dan lain lain. Berkaitan dengan wayang Purwa, museum ini
memiliki beberapa poster yang menggambarkan strategi perang yang dipakai dalam
perang Baratayuda antara keluarga Pandawa dan Kurawa, yaitu: strategi Sapit Urang dan strategi Gajah.
Dari hasil analisis diatas penulis menyimpulkan bahwa
poin penting yang menjadi masalah dalam terancamnya wayang kulit untuk punah
adalah kendala biaya, durasi dan bahasa, selain itu yang perlu diperhatikan
adalah pergeseran makna hiburan yang terjadi pada saat ini. Berikut merupakan
contoh kasus yang bisa menjadi rekomendasi sebagai upaya dalam mencegah
terancamnya wayang kulit untuk punah :
Indonesia Selenggarakan Wayang World
Puppet Carnival 2013
Seorang
dalang cilik, Jose Amadeus Krisna (14) mainkan wayang kulit dengan lakon Dewaruci
pada Road Show World of Wayang di Aula SMA Karangturi, Jalan Raden Patah, Kota
Semarang, Rabu (05/06/2013). Pementasan yang berdurasi 30 menit ini untuk
mengenalkan kembali kesenian Jawa dikalangan pelajar. (Tribun Jateng/Wahyu
Sulistiyawan).
Facebook
memperkenalkan koleksi album stiker baru yang dinamakan "Wayang Unyu"
khusus untuk pengguna aplikasi Facebook maupun Facebook Messenger asal
Indonesia. Koleksi stiker ini terdiri dari 40 ilustrasi tokoh pewayangan
Punakawan, yakni Petruk, Gareng, Bagong, Semar, dan Srikandi.
Pada
kesempatan itu, Ki Poerwahadiningrat atau Prof Dr Andrik Purwasito DEA
menampilkan pertunjukan Petruk Mabar Piwulang sebagai sarana menyampaikan
materi kuliah Geografi Politik. Pementasan wayang kulit tersebut bakal
dipamerkan pada acara Expo UNS tahun 2013 dalam rangka Dies Natalis ke-37 UNS,
di Student Center Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS).
“Sifat
wayang kulit itu fleksibel. Wayang hidup sepanjang masa. Tidak hanya di bangku
kuliah. Wayang kulit bisa dipakai untuk sistem pembelajaran di sekolah. Dengan
memakai wayang kulit, bagi yang belum tahu menjadi tahu dan cara ini lebih
menarik karena ada unsur tontonannya,” terang Ki Purba Asmoro.
Cangara,
Hafidz. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Effendy,
Onong Uchjana. Komunikasi Teori dan Praktek: Remaja Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
Fiske,
John. 1990. Introduction to Communication Studies. London dan New York:
Routledge.
Littlejohn, Stephen W.
2001. Theories of
Human Communication. USA: Wadsworth
Publishing.
Mulyana,
Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Rosdakarya.
Paramita, Pradnya. 1981. Ringkasan Sejarah Wayang. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Ruben,
Brent D., Stewart Lea, P. 2005. Communication and Human Behaviour. USA: Alyn
and Bacon.
Sastroamijoyo, Seno.
1964. Renungan tentang
Pertunjukan Wayang Kulit.
Jakarta:
Kinta.
Sedyawati,
Edy. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. http://aardiansyah.blogspot.com/2012/11/pengertian-komunikasi-defenisi.html http://irhamnurhalim.wordpress.com/2012/11/01/arti-penting-komunikasi/
http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2166075- pengertian komunikasi-efektif/
http://www.solopos.com/2013/03/07/wayang-kulit-membuat-kuliah-tambah-menarik-386028
Tidak ada komentar:
Posting Komentar